Minggu, 01 Mei 2016

Ternyata ada Sejarah yang menghubungkan kita!!

Perahu Segigir sebagai Salah Satu Bukti Sejarah Perlawanan Belanda di Jawa Timur

Perahu segigir merupakan perahu penangkap ikan milik warga  desa prenduan, sumenep, Madura bernama makiya. Perahu ini dibuat oleh penduduk lokal sebelum bulan juli 1947 yang dapat mengangkut 6 orang.
Belanda bermaksud melakukan agresi militer setelah 2 tahun kemerdekaan indonesia. Agresi militer direncanakan oleh Van Mook bertujuan untuk mendirikan negara boneka dan mengembalikan kekuasaan Belanda atas Indonesia. Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan aksi militer pertama  dengan target kota-kota besar di Indonesia. Pasukan-pasukan belanda bergerak ke Jakarta dan Bandung untuk menguasai Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menguasai Madura dan wilayah Jawa Timur. Pada bulan november 1947, Belanda berhasil menduduki Pasongsongan, Sumenep di pulau Madura. Pasukan Joko Tole (Sabililah) di tempat tersebut terpaksa mengundurkan diri ke Desa Prenduan pesisir antara Sumenep dan Pamekasan. Desa ini dijadikan markas baru untuk merencanakan perlawanan terhadap Belanda. Belanda mengetahui adanya markas tersebut dan berencana melakukan penyerbuan. Hal ini diketahui oleh mata-mata pihak pejuang sehingga langsung dilaporkan kepada Letkol Candra Hasan yang merupakan Resimen Joko Tole.
Menjelang malam, Letkol Chandra Hasan secara diam-diam memindahkan pasukannya ke Paiton, Kabupaten Probolinggo, sedangkan pemerintahan sipil dipindahkan ke Tuban. Perahu segigir milik warga prenduan digunakan Letkol Chandra Hasan untuk memimpin pasukannya melawan Belanda, namun beberapa perahu yang lain ditembak oleh pesawat udara Belanda. Pada tanggal 26 November 1968, perahu segigir diserahkan pada Museum untuk dijadikan koleksi bukti sejarah kemerdekaan indonesia, termasuk perjuangan TNI.

Kritik untuk Museum Brawijaya yaitu kurangnya informasi lengkap mengenai benda yang dikoleksi dan penataan ruang kurang kreativitas serta tidak ditunjang dengan pelayanan petugas yang menyampaikan dan menjelaskan koleksi museum kepada pengunjung yang datang. Sebaiknya keterangan benda koleksi tetap ada namun sejarahnya diperjelas dengan buku yang diletakkan didekat benda. Selain buku, diberi kemudahan mengakses informasi dengan media elektronik lainnya,seperti rekaaman lain-lain.