Perahu
Segigir sebagai Salah Satu Bukti Sejarah Perlawanan Belanda di Jawa Timur
Perahu segigir merupakan perahu penangkap ikan milik warga desa prenduan, sumenep, Madura bernama makiya. Perahu ini dibuat oleh penduduk lokal sebelum bulan juli 1947 yang dapat mengangkut 6 orang.
Belanda bermaksud melakukan agresi militer
setelah 2 tahun kemerdekaan indonesia. Agresi militer direncanakan oleh Van
Mook bertujuan untuk mendirikan negara boneka dan mengembalikan kekuasaan Belanda
atas Indonesia. Pada tanggal 21
Juli 1947, Belanda melancarkan aksi militer pertama dengan target kota-kota besar di Indonesia. Pasukan-pasukan
belanda bergerak ke Jakarta dan Bandung untuk menguasai Jawa Barat, dan dari
Surabaya untuk menguasai Madura dan wilayah Jawa Timur. Pada bulan november 1947, Belanda berhasil menduduki Pasongsongan, Sumenep di pulau Madura. Pasukan Joko Tole (Sabililah) di
tempat tersebut terpaksa mengundurkan diri ke Desa Prenduan pesisir antara Sumenep
dan Pamekasan. Desa ini dijadikan markas baru untuk merencanakan perlawanan
terhadap Belanda. Belanda mengetahui adanya markas tersebut dan berencana
melakukan penyerbuan. Hal ini diketahui oleh mata-mata pihak pejuang sehingga
langsung dilaporkan kepada Letkol Candra Hasan yang merupakan Resimen Joko
Tole.
Menjelang malam, Letkol
Chandra Hasan secara diam-diam memindahkan pasukannya ke Paiton, Kabupaten
Probolinggo, sedangkan pemerintahan sipil dipindahkan ke Tuban. Perahu segigir milik
warga prenduan digunakan Letkol Chandra Hasan untuk memimpin pasukannya melawan
Belanda, namun beberapa perahu yang lain ditembak oleh pesawat udara Belanda. Pada
tanggal 26 November 1968, perahu segigir diserahkan pada Museum untuk dijadikan
koleksi bukti sejarah kemerdekaan indonesia, termasuk perjuangan TNI.
Kritik untuk Museum
Brawijaya yaitu kurangnya informasi lengkap mengenai benda yang dikoleksi dan
penataan ruang kurang kreativitas serta tidak ditunjang dengan pelayanan petugas
yang menyampaikan dan menjelaskan koleksi museum kepada pengunjung yang datang.
Sebaiknya keterangan benda koleksi tetap ada namun sejarahnya diperjelas dengan
buku yang diletakkan didekat benda. Selain buku, diberi kemudahan mengakses informasi
dengan media elektronik lainnya,seperti rekaaman lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar